Selamat Datang di Blog MYANTO OFFICIAL, Semoga Bermanfaat Untuk Kita Semuanya! Aamiin
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu. Ali bin Abi Thalib
Ciri kelalaian manusia adalah sering mengeluh ketika sedang diuji dan jarang bersyukur ketika mendapatkan nikmat
Halal bukan hanya masalah apa yang kita makan. Tapi juga apa yang kita kenakan dan sayangi.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. QS Al-Baqarah 216
Assalamu'alaikum Wr. Wb. ----- SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI MYANTO OFFICIAL - Media Informasi, Komunikasi dan Publikasi ----- Semoga Bermanfaat Untuk Kita Semua!

PENGERTIAN GURU: Definisi, Tugas dan Peran Guru Dalam Pendidikan

PENGERTIAN GURU


Pengertian guru adalah orang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan, menambahkan pelatihan fisik atau non fisik, memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi berkala berkaitan dengan satu ilmu atau lebih kepada seluruh peserta didik.
Selain itu, guru mempunyai beberapa definisi lain, baik itu menurut para ahli maupun perundang-undangan. Diantaranya adalah:
  • Guru adalah  tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. (Undang Undang No 14 Tahun 2005)
  • Guru adalah seseorang yang memiliki kewenangan dan tugas dalam dunia pendidikan serta pengajaran pada lembaga pendidikan formal. (M. Uzer Usman)
  • Guru adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar (KBBI)

TUGAS GURU


Sesuai dengan pengertian atau definisi guru diatas, tugas seorang guru antara lain:

1. Mengajar Peserta Didik

Tugas pertama dari seorang guru adalah mengajar seluruh peserta didik terkait ilmu pengetahuan yang diketahuinya secara mendalam.


Berkaitan dengan tugas pengajaran, seorang guru diharapkan bisa menyampaikan materi yang tertulis di buku atau media lainnya kepada peserta didik, agar di kemudian hari peserta didik yang bersangkutan bisa menerapkan ilmu yang didapatkannya di kehidupan sehari-hari.  

2. Mendidik Peserta Didik

Setiap peserta didik atau murid memiliki karakter masing-masing yang terkadang membantu jalannya proses belajar mengajar atau sebaliknya. Hal inilah yang menjadi tugas seorang guru untuk mendidik sang murid agar berjalan di koridor yang semestinya di dunia pendidikan.
Seorang guru wajib memberikan teladan kepada sang murid untuk mengubah tingkah laku dan karakter, agar menjadi lebih baik. Nantinya dampak positif yang timbul adalah pola pergaulan dari sang peserta didik sendiri yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya.

3. Memberi Bimbingan dan Pengarahan pada Peserta Didik

Tugas seorang guru yang lainnya adalah memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik. Bimbingan dan arahan ini diharapkan mengembangkan kemampuan motorik maupun kemampuan lain yang dimiliki seorang anak didik.
Bimbingan dan arahan ini bisa dilakukan dalam beragam bentuk, diantaranya memberikan tugas kepada anak didik dengan terlebih dahulu menekankan apa yang harus dikerjakan. Memberikan pembenaran atau revisi apabila anak didik melakukan kesalahan pada tugas yang diberikan.

4. Melatih Peserta Didik

Memberikan pelatihan kepada peserta didik, memiliki fungsi yang hampir sama seperti pada saat seorang guru memberikan bimbingan dan pengarahan. Pelatihan dalam dunia pendidikan, dapat dilakukan dalam beberapa hal, seperti:
  1. Memberikan pekerjaan rumah yang membantu meningkatkan kreativitas anak, seperti membuat prakarya seni gambar atau seni rupa.
  2. Menerapkan diskusi kelompok dalam membahas sebuah masalah berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang diberikan, untuk melatih keterampilan berbicara dan mengemukakan sebuah pendapat.
  3. Memberikan pelatihan kecakapan atau pelatihan dasar berkaitan dengan ketertarikan atau bakat anak didik, seperti pelatihan menjahit, pelatihan bahasa, pelatihan mekanik, pelatihan kelistrikan, dan beragam pelatihan lain yang mampu mengembangkan bakat alami yang dimiliki.

5. Memberikan Penilaian

Seorang guru memiliki kewajiban memberikan penilaian kepada anak didik, secara langsung maupun tidak langsung untuk membantu sang anak memahami kesalahan dan kekurangan yang dimiliki, untuk kemudian merubahnya menuju kearah yang lebih positif.
Di dunia pendidikan formal, penilaian ini bisa dilakukan dengan mengadakan ujian tertulis maupun tidak terkait bidang ilmu tertentu.

6. Memberi Evaluasi

Evaluasi di bidang pendidikan tidak sama dengan pemberian nilai. Evaluasi juga bisa berkaitan dengan sang guru sendiri mengingat evaluasi ini akan memberikan pandangan seberapa berhasil seorang guru dalam memberikan pendidikan kepada anak didiknya.
Evaluasi memiliki arti luas, dimana evaluasi bisa dilakukan secara tertulis maupun tidak.

7. Memberikan Dorongan Moral dan Mental 

Seorang guru memiliki tugas dan kewajiban untuk memberikan dorongan moral maupun mental kepada anak didiknya agar sang anak didik mampu menghadapi segala jenis permasalahan yang terjadi dalam hidupnya selama mengenyam pendidikan formal maupun non formal.
Misalnya saja saat seorang anak mendapatkan nilai paling rendah diantara teman sekelasnya, seorang guru yang baik akan memberikan semangat kepada anak yang bersangkutan agar belajar lebih baik lagi kedepannya dengan memberikan hadiah sebagai perangsang niat belajar atau penghargaan lainnya.  

PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN


Terkait dengan tugas yang dimiliki seorang guru, ada peran guru yang tidak bisa digantikan oleh orang lain bahkan orangtua murid, diantaranya:
  • Sebagai seorang pengajar, dimana seseorang yang menjadi guru dianggap sanggup mengajarkan suatu ilmu pengetahuan di bidang tertentu kepada anak didiknya.
  • Sebagai seorang pendidik, dimana seorang guru sanggup mengarahkan dan memberikan teladan kepada anak didik agar sang anak mengikuti norma maupun aturan yang berlaku di masyarakat.
  • Sebagai seorang pembimbing, dimana seorang guru sanggup membimbing agar seluruh anak didik tetap berada di jalur yang tepat selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di jalur formal maupun non formal.

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

Terkait bahasan diatas, peran guru dalam dunia pembelajaran juga tidak kalah penting, mengingat seorang guru akan berperan sebagai:

1. Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru diharapkan mampu memberikan dorongan mental dan moral kepada anak didik agar kedepannya, mereka selalu memiliki semangat dan tujuan dalam belajar. Seorang motivator yang handal akan menjadikan muridnya sebagai seseorang yang handal dan berani dalam menghadapi setiap masalah yang ada di kehidupan.

2. Administrator

Seorang guru berperan sebagai administrator, dimana guru yang bersangkutan akan mencatat perkembangan individual muridnya dan menyampaikannya kepada orangtua. Hal ini diharapkan dapat menjaga anak yang bersangkutan untuk selalu berjalan di jalur yang benar.

3. Evaluator

Sebagai seorang evaluator, seorang guru berhak memberikan penilaian dan masukan-masukan untuk kemajuan peserta didik.

PERBEDAAN GURU HONORER DAN PNS


Sekarang ini ada dua jenis guru, yaitu guru honorer dan PNS. Keduanya bisa dibedakan berdasar
beberapa aspek berikut:

  • Guru PNS umumnya ditempatkan ke sekolah-sekolah formal tertentu sesuai instruksi dari instansi induk seperti Kemendikbud, sedangkan guru honorer umumnya direkrut sesuai kebutuhan langsung dari sekolah yang bersangkutan dan tidak menginduk pada instansi tertinggi di dunia pendidikan.
  • Dari segi pendapatan, guru PNS memiliki patokan pendapatan yang sudah ditetapkan oleh instansi induk sedangkan guru honorer umumnya memiliki pendapatan yang dihitung dari jam belajar yang dilakukan maupun sistem gaji sukarela karena pengabdian yang diberikan.
  • Secara aturan, guru PNS terikat aturan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku, seperti seragam, hak dan kewajiban, jam masuk maupun hal lainnya. Sedangkan untuk guru honorer, seringkali aturan tersebut tidak berlaku maksimal.

Demikian tadi artikel singkat mengenai apa itu pengertian guru, tugas guru serta peran dulu dalam pengajaran atau pendidikan di Sekolah. Semoga Bermanfaat
comments | | Baca Selengkapnya...

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Implementasi Program Literasi
Implementasi program literasi digital di Sekolah diharapkan dapat mendorong gerakan membaca pada peserta didik dan warga Sekolah lainnya dalam Mendukung Keterampilan Abad 21, sebagaimana dijelaskan penggunaan komputer dapat mendukung 4C (Zoraini:2014), The Four Cs of 21st Century Skills, yaitu:
Critical Thinker. Untuk menjadi seorang critical thinker, peserta didik didorong untuk berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah dengan cara diberi permasalahan dalam pembelajaran, dipancing bertanya, dan berupaya mencari pemecahan masalah dengan mencari berbagai informasi melalui internet.
Communicator. Dalam menyiapkan tenaga kerja yang mampu menjadi komunikator, maka peserta didik dilatih untuk memahami dan mengkomunikasikan ide. Setelah memahami apa yang dipelajari, peserta didik didorong untuk membagikan ide-ide yang telah menjadi gagasangagasan sebagaimana apa yang telah diperolehnya melalui kegiatan berliterasi.
Collaborator. Kemampuan bekerja sama sangat diperlukan dalam melakukan pekerjaan bersama orang lain. Oleh karena itu, dengan literasi digital peserta didik dilatih untuk bekerja sama dengan orang lain, kelompok lain, bidang lain, dengan cara berbagi informasi dan pengalaman melalui media komputer.
Creator. Lulusan sekolah tidak hanya disiapkan menjadi tenaga kerja formal yang akan bekerja kepada orang lain, akan tetapi juga disiapkan menjadi wirausahawan. Oleh karenanya, kemampuan menjadi creator sangat diperlukan untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi. Pekerjaan tersebut dapat berupa barang, jasa, kreasi, yang berdaya guna tinggi, praktis, sederhana dan mudah digunakan, dll.
Agar Gerakan membaca pada tahap pembiasaan di Sekolah  dapat berlangsung dengan baik dan lancar, bebarapa konsep dasar tentang membaca perlu dipahami terlebih dahulu oleh para guru dan manajemen Sekolah.

Konsep Gerakan Membaca Mandiri

Dalam pembelajaran bahasa, kegiatan membaca mandiri dikenal dengan banyak istilah, misalnya Sustained Silent Reading (SSR), Drop
Everything and Read (DEAR), dan Free Voluntary Reading.
Adapun tujuan kegiatan gerakan membaca mandiri adalah:
1) meningkatkan kemampuan pemahaman membaca;

2) meningkatkan rasa cinta baca;
3) meningkatkan waktu membaca untuk kesenangan di luar jam pelajaran sekolah;
4) meningkatkan penilaian diri sendiri sebagai pembaca yang baik; dan
5) menumbuhkan penggunaan berbagai sumber bacaan.

Membaca mandiri bukanlah program pembelajaran membaca yang menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran bahasa. Meskipun begitu, penyediaan buku bacaan dapat didesain untuk mendukung tema-tema yang dibahas dalam pembelajaran formal. Dengan demikian, membaca mandiri dapat berfungsi sebagai sarana memberikan pengetahuan dasar tambahan kepada peserta didik.
Tujuan membaca mandiri adalah untuk mengembangkan rasa cinta membaca dan merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah.
Program ini dinilai efektif untuk pembaca awal, bukan bagi yang sudah terbiasa membaca. Berdasarkan frekuensi pelaksanaan, membaca dalam waktu singkat namun sering (15 menit/hari) akan lebih efektif daripada waktu yang panjang namun dengan frekuensi yang lebih jarang (1 jam/1 minggu).
Dalam membaca mandiri, tiap peserta didik dapat membaca buku apapun sesuai minat mereka (buku yang baik yang berterima secara etika dan moral). Peserta didik yang mengikuti program membaca bebas diharapkan akan terus membaca saat program sudah berakhir. Membaca mandiri sudah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan membaca dan keterikatan terhadap buku di banyak negara.

Kaidah Gerakan Membaca Mandiri

Pelaksanakan membaca mandiri sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah, termasuk budaya yang melingkupinya. Ada delapan aspek penting yang perlu diperhatikan supaya membaca mandiri berhasil. Janice Pilgreen (2000) memberikan panduan untuk keberhasilan membaca mandiri. Berdasarkan pengalamannya melaksanakan membaca mandiri atau SSR selama bertahun-tahun dan hasil dari berbagai penelitian, Pilgreen merumuskan 8 aspek yang perlu hadir untuk menjamin keberhasilan program, yakni sebagai berikut.

1) Akses terhadap buku
Akses terhadap buku dimaknai penyediaan berbagai jenis buku komersial, majalah, komik, koran, dan materi bacaan lain di ruang kelas. Untuk itu, diperlukan adanya sudut baca di setiap kelas yang dapat dipergunakan untuk memajang dan menyimpan materi bacaan dimaksud.

2) Daya Tarik buku
Buku yang tersedia harus menarik, terdiri dari berbagai jenis tema, topik, dan genre, sesuai dengan minat peserta didik. Selain itu, tingkat keterbacaan juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan usia peserta didik. Untuk itu, peserta didik perlu dilibatkan dalam pemilihan genre buku yang disediakan di ruang baca. Dalam pelaksanaan kegiatan membaca, peserta didik bebas memilih sendiri buku yang disukai.

3) Lingkungan yang kondusif
Kegiatan membaca dalam hati memerlukan lingkungan kelas yang menyenangkan, santai, tidak kaku, dan tenang. Lingkungan yang kondusif
bisa dibangun dengan memasang poster-poster tentang pentingnya membaca, pengaturan tempat duduk dan/atau sudut baca.

4) Dorongan untuk membaca
Peserta didik akan lebih bersemangat untuk membaca bila guru dan staf di sekolah juga menjadi contoh yang baik. Untuk itu, diperlukan peran aktif guru sebagai model. Guru harus ikut membaca pada saat kegiatan membaca mandiri berlangsung. Bentuk dorongan lain adalah fungsi pustakawan atau staf pendukung dalam memberikan saran kepada peserta didik dalam hal pemilihan buku bacaan yang sesuai dengan minat.

5) Waktu tertentu untuk membaca
Perlu ada waktu tertentu yang ditetapkan sebagai waktu membaca, misalnya 15 menit setiap hari, sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 tahun 2015. Kegiatan membaca dalam waktu, namun sering dan berkala terbukti lebih efektif daripada satu waktu yang panjang namun jarang (misalnya 1 jam/ minggu pada hari tertentu). Kunci keberhasilan program membaca mandiri ini bukan pada jumlah jam dan menit membaca, namun keajegan dan frekuensi kegiatan. Hal ini penting untuk membangun kebiasaan membaca.

6) Tidak ada tagihan tugas
Kegiatan membaca dalam hati diarahkan untuk membaca menyenangkan. Bentuk tugas seperti mengisi lembar catatan buku yang dibaca dan tanggapan personal tentang buku yang dibaca juga dibuat sebagai pilihan (tidak diwajibkan). Pemberian tugas seperti membuat ringkasan cerita akan menghilangkan sifat kegiatan membaca menyenangkan. Pertanyaan yang sering muncul dari guru-guru di sekolah-sekolah yang sudah mempraktikkan membaca mandiri di Indonesia adalah: “bagaimana mengukur peningkatan kemampuan membaca peserta didik bila tidak ada tugas atau tagihannya?” Perlu dipahami bahwa mandiri berbeda dengan program literasi lain seperti yang disebutkan di atas. Membaca mandiri, bukanlah kegiatan kelas untuk memberikan asesmen pada peserta didik.
Tujuannya murni untuk memberikan kesempatan pada peserta didik menikmati waktu membaca buku apapun yang mereka sukai, bukan untuk dinilai oleh guru. Itulah sebabnya bentuk tagihan seperti membuat ringkasan atau reviu buku, kuis, dan latihan soal pemahaman wacana dihindari demi ‘kenikmatan’ membaca. Yang lebih penting lagi, guru juga ikut membaca pada saat yang sama. Sehingga, hal ini dianjurkan dilaksanakan pada Tahap Pembiasaan.
Meskipun demikian, tugas-tugas yang terkait dengan kemampuan membaca perlu menjadi bagian dari kurikulum di pembelajaran bahasa memerlukan penanganan tersendiri dalam kegiatan akademik. Hal ini akan dilakukan pada tahap pembelajaran.

7) Kegiatan tindak lanjut
Meskipun tidak boleh ada tugas, kegiatan tindak lanjut dianjurkan untuk dilaksanakan di kelas secara berkala, misalnya seminggu atau dua minggu sekali. Bentuk kegiatan tindak lanjut bisa berupa berbagi cerita tentang buku yang sudah dibaca dan diskusi singkat dengan teman tentang buku masingmasing.

8) Pelatihan staf
Kegiatan membaca dalam hati memang sederhana dan tidak memerlukan banyak biaya. Meskipun begitu, guru dan staf sekolah perlu memiliki pemahaman yang selaras tentang tujuan dan metodologi kegiatan ini. Staf sekolah perlu mengetahui kajian-kajian ilmiah yang pernah dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan kegiatan ini. Dengan begitu, kegiatan membaca dalam hati bisa berjalan dengan baik dan didukung oleh partisipasi aktif
comments | | Baca Selengkapnya...

Pengertian Pendidikan dan Makna Pendidikan Menurut Para Ahli


Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.

Disamping itu Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau (2003: 69) menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanakkanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.

Dilain pihak Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”.

“Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaanya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.

Pengertian di atas mengindikasikan betapa peranan pendidikan sangat besar dalam mewujudkan manusia yang utuh dan mandiri serta menjadi manusia yang mulia dan bermanfaat bagi lingkungannya. Dengan pendidikan, manusia akan paham bahwa dirinya itu sebagai makhluk yang dikaruniai kelebihan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Bagi negarapendidikan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta membangun watak bangsa (nation character building).

Menurut Redja Mudyahardjo (dalam Sulistiawan, 2008: 18) pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga, yakni secara sempit, luas dan alternatif. Definisi pendidikan secara luas adalah mengartikan pendidikan sebagai hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup (long life education). Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Secara simplistik pendidikan didefinisikan sebagai sekolah, yakni pengajaran yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubunganhubungan dan tugas sosial mereka.

Secara alternatif pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan secara tepat di masa yang akan datang.

Pendidikan adalah pengalamanpengalaman belajar yang memiliki programprogram dalam pendidikan formal, nonformal ataupun informal di sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan mengoptimalisasi pertimbangan kemampuankemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan secara tepat.

Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan oleh masyarakat untuk melaksanakan tugastugas pendidikan kepada generasi muda. Dalam konteks ini pendidikan dimaknai sebagai proses untuk memanusiakan manusia untuk menuju kepada kemanusiaannya yang berupa pendewasaan diri. Melalui pendidikan disemaikan pola pikir, nilainilai, dan normanorma masyarakat dan selanjutnya ditransformasikan dari generasi ke generasi untuk menjamin keberlangsungan hidup sebuah masyarakat.

Dalam konteks sekolah sebagai lembaga yang melaksanakan transformasi nilainilai budaya masyarakat, terdapat tiga pandangan untuk menyoal hubungan antara sekolah dengan masyarakat, yakni perenialisme, esensialisme dan progresivisme. Pandangan perenialisme, sekolah bertugas untuk mentransformasikan seluruh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat kepada setiap peserta didik, agar peserta didik tidak kehilangan jati diri dan konteks sosialnya. Esensialisme melihat tugas sekolah adalah menyeleksi nilainilai sosial yang pantas dan berguna untuk ditransformasikan pada peserta didik sebagai persiapan bagi perannya di masa depan. Peran sekolah yang lebih maju ada pada progresivisme yang menempatkan sekolah sebagai agen perubahan (agent of change) yang tugasnya adalah mengenalkan nilai-nilai baru kepada peserta didik yang akan mengantarkan peran mereka di masa depan.

Menurut Hoy dan Kottnap (dalam Harmanto, 2008 : 7) terdapat sejumlah nilai budaya yang dapat ditransformasikan sekolah kepada diri setiap peserta didik agar mereka dapat berperan secara aktif dalam era global yang bercirikan persaingan yang sangat ketat (high competitiveness), yakni: (1) nilai produktif,  (2) nilai berorientasi pada keunggulan (par excellence), dan  (3) kejujuran.

Nilai yang berorientasi pada keunggulan adalah identik dengan motivasi berprestasi seseorang.

Moral kejujuran adalah moral universal, moral yang dijunjung tinggi oleh bangsabangsa modern dan beradab. Bangunan masyarakat yang sehat adalah yang didasarkan atas nilainilai kejujuran.

Kejujuran pada gilirannya akan menumbuhkan kepercayaan (trust), dan kepercayaan merupakan salah satu unsur modal sosial. Untuk itu tugas pendidikan adalah menanamkan nilainilai kejujuran kepada setiap komponen di dalamnya, baik itu siswa, staff guru maupun komponen lainnya. Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan yang berkaitan dengan caracara untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran pada diri peserta didik melalui serangkaian cara dan strategi yang bersifat edukatif.

Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pembelajaran, tetapi pembelajaran merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan. Jadi pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran di kelas, dimana ada pendidik yang melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan. Proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas pendidikan di sekolah. Dari proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Untuk lebih jelas tentang konsep pembelajaran penulis uraikan dalam pokok bahasan tersendiri tentang pembelajaran.

Makna Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.

Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan Educere. ( M.R. Kurniadi,STh;1) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan, menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education” dijelaskan sebagai berikut:
a. Pedagogy:

The art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi sebagai pengajar (pengajaran)

The sistematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; lagerly replaced by the term of education. “ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas diartikan dengan istilah pendidikan”

b. Education:
proses perkembangan pribadi;
proses sosial;
profesional cources;

seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi/dikembangkan generasi bangsa.

Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil dari Rabba yang bermakna memelihara , mengurus, merawat, mendidik. Dalam literatur-literatur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam macam definisi yang intinya sama mengacu pada proses  pengembangan potensi yang dianugrahkan pada manusia. Definisi-definisi itu antara lain sebagai berikut:

Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. (Ath-Thabari 67)

Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.( Al-Maraghi, Juz V; 34)

Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.

Tarbiyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fathul Bari Jilid I; 162 )

Tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan dan perasaan memiliki terhadap anak didik. (Al-Maraghi jilid III: 79).

Dalam definisi –definisi di atas tersirat unsur-unsur pembelajaran yaitu ta‟lim dan tadris (Instruction ) tahdib dan ta‟dib (penanaman akhlak mulia) dan Tadrib (Taining – pelatihan).
Tinjauan Terminologis

a. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau ( Kerja Ki Hajar Dewantara 1962:14) menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya “.
Beliau lebih lanjut mejelaskan bahwa pendidikan harus mengtamakan aspek-aspek berikut:

Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan

Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang oleh karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat prikehidupan sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya semua usaha dan daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.

Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha dan daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh zaman dan tempat.; oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.

Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita mempelajari zaman yang telah lalu

Pengaruh baru diperoleh karena bercampurgaulnya bangsa yang satu dengan yang lain,percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya hubungan modern. Haruslah waspada dalam memilih mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup kita dan mana yang akan merugikan. Itulah diantara pikiran- pikiran beliau yang sangat sarat dengan nilai.

b. Menurut buku “Higher Education For America Democracy”Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies, an educational system finds it‟s the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in which it functions (11: 5) “pendidikan alah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai) cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa)”.

c. Menurut Prof. Richy dalam buku “Planing for Teaching and Introduction to Education”: The term “education” refers to the broad function of preserving and inproving the life of the group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far broader process thah that which accurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist in complex communicaties this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with wich the formal process in related (12: 489) “Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu bangsa (masyarakat) terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja.

Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks dan modern. Fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan formal di luar sekolah.

d. Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education”: The word “education” is used, sometimes in a wider, sometimes in a narrower, sense. In the wider sense, all experienceis said to the educative and life is education and education is life. “Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah pendidikan atau pendidikan adalah hidup”. In the narrower sense “education is restricted to that function of the community which consists in passing in its traditions its background and its outlook to the members of the rising generation. “Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya.

e. Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education”: “Education should be thought of as the process of mans reciprocal adjusment to nature to his follows and to the ultimates nature of the cosmos. “Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Education is the organized development and equipment of all the power of human being, moral, intellectual, and physical, by and for their individual and social uses, directed to word the union of these activities with their creator as their final end. “Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya”.

Sumber Bacaan
Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sintem Pendidikan Nasional
Ihsan, Fuad H. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Dewey, Jhon. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rousseau, J.J. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Harmanto, Gatot. 2008. Sejarah Bilingual Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2. Yrama Widya. Bandung.
Carter V. Good, 1977, “Dasar Konsep Pendidikan Moral”,Alfabeta.
Al-maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal, dkk., Semarang: Karya Toha Putra, cet. Ke-2, 1993.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. 2009. Tafsir Ath Thabari Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Azzam.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press

comments | | Baca Selengkapnya...
*********
If you want to test someone’s character, give him respect. If he has good character, he will respect you more. If he has bad character, he will think is the best of all.
------------
Jika kamu ingin menguji karakter seseorang, hormati dia. Jika dia memiliki akhlak yang baik, maka dia akan lebih menghormatimu. Jika dia memiliki akhlak yang buruk, dia akan merasa dirinya yang paling baik.
BTCClicks.com Banner

BISNIS GRATIS

Statistik

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger